Menabung Tulisan: Langkah Pertama Menerbitkan Buku

Oleh: Abdullah Makhrus

 

"Menulis itu umpama kungfu, perlu latihan yang keras dan disiplin yang ketat untuk bisa menghasilkan kemampuan 'bertarung tanpa berpikir', yang dalam menulis sering saya sebut 'menulis tanpa mood'. Setumpuk tips menulis yang Anda punya, tidak akan berguna jika Anda tidak berlatih keras untuk menggunakannya." (Syarbaini)

SIAPA yang mengatakan bahwa menerbitkan buku itu mudah? Jawaban masing-masing dari Anda tidak selalu benar atau salah. Semua tergantung sejauh mana perjuangan itu dilakukan. Namun, sependek pengetahuan dan pengalaman saya menerbitkan buku solo pertama, rasa-rasanya memang cukup berat.  

Berat itu disebabkan karena kita tidak memiliki ilmu dan tabungan tulisan yang cukup untuk dibukukan. Lantas apakah kita akhirnya menyerah? Tentu tidak. Itu bukan mental pejuang kisanak. Jika Anda pejuang, akan ada mencari seribu cara dan alasan untuk mewujudkannya.

Syarbaini pernah menceritakan dalam salah satu tulisannya tentang dampak dari menulis buku. Sayyid Qutb, penulis kitab Tafsir Fi Zhilalil Quran, pernah pula menulis sebuah kitab ringkas yang menggetarkan, berjudul Ma'alim Fith-Thariq.

Kitab itu membuat para pemuda Mesir siap bergerak melawan rezim Gamal Abdel Nasser. Hingga siapapun yang ketahuan membaca buku tersebut akan ditangkap. Bahkan, Sayyid Qutb sang penulis dijebloskan ke penjara hingga akhirnya di eksekusi di tiang gantungan.

Sebaliknya, Benyamin Se'eb (Theodore Hezl) yang membuat dua buku kecil berjudul Der Judenstaat dan Altneuland, telah berhasil pula menggerakkan jutaan etnis yahudi di seluruh dunia untuk eksodus ke tanah Palestina, kemudian mengintimidasi dan mengusir warga Muslim di sana.

Sumber gambar: https://garapmedia.com/reset-indonesia-gagasan-jurnalis-lintas-generasi-untuk-menata-ulang-arah-bangs/

Hari ini sedang ramai di dunia jagad negeri ini gara-gara kehadiran buku “Reset Indonesia”.  Buku ini merupakan karya kolaborasi empat jurnalis yakni Farid Gaban, Dandhy Laksono, Yusuf Priambodo, dan Benaya Harobu.

Buku tersebut mengupas berbagai persoalan struktural di Indonesia serta menawarkan solusi berbasis riset lapangan dan ekspedisi jurnalistik selama 15 tahun, dengan fokus pada isu agraria, lingkungan, serta kebijakan publik demi mewujudkan negara yang lebih berkeadilan.

Beberapa kali bedah buku ini digagalkan, namun ada juga yang berhasil melaksanakan termasuk di Trenggalek. Bahkan Bupati Trenggalek bersama ratusan ASN di lingkup Pemkab Trenggalek mengikuti bedah buku Reset Indonesia di Amphitheater Hutan Kota Trenggalek.

Menurut Bupati Trenggalek, Mas Ipin, mengatakan, “Tujuan utama ia mengajak ASN mengikuti bedah buku ini adalah agar anak buahnya bisa mengkritisi diri sendiri dan membuka cakrawala berpikir agar pemerintah daerah mampu terus berbenah ke arah yang lebih baik”. (www.cnnindonesia.com, 23 Des 2025) 

Ketiga contoh buku di atas Ini membuktikan buku memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk membuka pemikiran masyarakat. Buku mampu mengubah peradaban. Sungguh betapa kuatnya pengaruh sebuah buku. Masihkah kita menganggap bahwa menulis adalah sesuatu yang tidak penting?

Perlu Anda ketahui, kemampuan dan kompetensi hebat yang Anda miliki sesungguhnya juga dibutuhkan orang lain. Hanya saja mereka tidak mengetahui caranya. Orang lain juga ingin sukses seperti Anda. Jika otot berbagi Anda cukup kuat. Maka ilmu itu perlu Anda tulis dan bukukan untuk dibagikan kepada orang lain.

Ingatlah pesan sahabat Ali r.a, "Apabila engkau belanjakan hartamu ia akan berkurang dan jika engkau amalkan ilmumu ia akan bertambah".

Jika Anda membayangkan betapa sulitnya menerbitkan buku terutama bagi penulis pemula, maka saya katakan bahwa hal itu benar. Ketahuilah, seorang penulis hebat tidak langsung menghasilkan sebuah buku penuh dalam semalam. Ia memulai dengan satu kalimat, berkembang menjadi satu paragraf, lalu satu halaman. Dari kebiasaan menulis setiap hari, lahirlah karya besar."(www.tangerangnews.com, 10 Sept 2025) 

Namun, Anda tak perlu khawatir. Akan selalu ada cara untuk mewujudkannya. Bagaimana langkahnya? Saya akan berbagi imunya khusus buat Anda. Berikut ini langkah-langkah kecil untuk bisa menerbitkan buku sesuai pengalaman yang saya miliki.

Pertama, mulailah menabung tulisan. Lakukan langkah kecil untuk menulis secara rutin. Ritme waktu untuk menabung tulisan bisa Anda sesuaikan dengan kondisi.

Setidaknya selalu luangkan waktu menulis, bukan menunggu waktu luang untuk bisa menulis. Percayalah, waktu luang itu langka dan jarang bisa ditemukan. Jika ada rasa malas datang, bolehlah turunkan target. Menulis 1-2 halaman. Jangan berhenti dan tetap harus ada ada aktivitas menulis sekecil apa pun.

Jika mau mengikuti kesuksesan guru menulis saya, Prof Ngainun Naim. Beliau menerapkan salah satu formula sederhana untuk menabung tulisan. Caranya beliau tulis di buku “Menulis Itu Mudah” pada halaman 45. Ditulis dalam artikel berjudul “Jurus ke 15: Formula Satu Hari Lima Paragraf”.  

Foto: dokumentasi pribadi

Menurut beliau, “Jurus ini sangat sederhana. Tapi, kuncinya kembali pada niat. Jika niat tidak besar, ya lima paragraf itu berat. Tapi jika serius, tentu mudah. Sangat mudah. Dalam waktu tidak sampai sepuluh menit saja bisa selesai”.

Kedua, lakukan swasunting dan share tulisan Anda di komunitas belajar. Bagikan tulisan Anda di grup Whatsapp literasi seperti Gerakan Budaya Literasi(GBL) Sidoarjo, Rumah Virus Literasi(RVL) atau grup literasi lainnya. Lalu, mintalah masukan dan saran dari penulis lain di komunitas-komunitas seperti ini. Tak perlu malu karena di situlah tempat belajar memperbaiki tulisan.

Persis dengan statemen Bapak Dr. Marjuki, M.Pd dalam buku “Lets Change for Better Generation: Catatan Perjalanan Sang Widyaiswara. Beliau mengatakan,“Siapa pun yang memiliki komunitas belajar (Learning Community) akan terpacu dan terpicu untuk belajar.”


Foto: dokumentasi pribadi

Ketiga, simpan tempat penyimpanan online yang aman. Kadang komputer kita error. Gawai tiba-tiba reset. Hilang semua datanya. Akan repot sekali untuk mencari tulisan yang sudah susah-susah kita buat.

Maka, dengan memanfaatkan teknologi kita bisa meminimalisir resiko kehilangan data. Caranya, simpan di penyimpanan cloud seperti di google drive, telegram, atau di blog. Tabungan tulisan ini pun saya simpan di blog saya. Tempat penyimpanan di dunia maya sejauh ini lebih aman.

Keempat, susun tulisan-tulisan itu urut sesuai urutan berfikir atau sesuai selera Anda alias sak karepmu. Biasanya saya meletakkan tulisan yang paling bagus di bagian depan.

Kelima, kirim ke penerbit. Jika sulit menembus penerbit mayor, jangan khawatir. Kini, banyak penerbit Indie yang siap mencetak buku sesuai kedalaman kantong saku Anda. Mencetak 1-10 eksemplar pun kini bisa dilakukan. Kalau sudah lahir satu buku, maka akan memicu kontraksi otot menulis berikutnya.

Saya kira kelima langkah awal ini bisa Anda coba praktikkan jika ingin menerbitkan buku. Tulisan ini pun saya lakukan kembali hari ini dalam rangka rencana menerbitkan buku ke 13. Semoga selesai dan bisa diterbitkan sebagai hadiah untuk diri saya sendiri dalam menyambut bulan Ramadan tahun depan.

Sumber gambar: https://lensadakwah.com/rumput-tetangga-tidak-lebih-hijau/
Saya ingin meniru kebiasaan Pak Nurcholis Huda, seorang penulis buku, “Rumput Tetangga Tidak Lebih Hijau”. Ia punya kebiasaan melaunching buku barunya setiap bulan Ramadan. Kebiasaan baik yang saya kira patut kita duplikasikan.

 

Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Menabung tulisan dahulu

Terbitlah buku kemudian

 

Siapa yang tertarik dan mau menerbitkan buku tahun depan bareng saya? Yuk angkat tangannya. Saya doakan buku Anda akan segera terbit setelah mempraktikkan tulisan ini. Amiin. Mau tahu tips berikutnya?


*) Abdullah Makhrus adalah penulis 12 buku. Trainer, Teacher, Writer. Ketua Gerakan Budaya Literasi (GBL) Sidoarjo. Portofolio tulisan lainnya bisa dilihat di www.abdullahmakhrus.com. 081333148884