Oleh: Abdullah Makhrus
PERNAHKAH Anda melihat simbol atau rambu lalu lintas ketika melewati jalanan di kota besar. Setidaknya ada enam jenis, diantaranya rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah, rambu petunjuk, rambu papan tambahan, dan rambu nomor rute.
Setiap simbol dan rambu memiliki makna tertentu yang harus diikuti demi keselamatan diri saat berkendara. Melihat tiap rambu ini, saya menjadi teringat dengan tiga simbol yang terposting tiap hari di komunitas Rumah Virus Literasi(RVL) yang digawangi oleh founder komunitas RVL, Bapak Dr. Much. Khoiri.
Simbol-simbol itu terdiri atas ✍️, ✅, 🔴. Tiga simbol ini yang setidaknya membuat tiap anggota grup “terprovokasi” untuk menulis. Minimal satu kali memosting tulisan dalam satu bulan. Oke, apa yang membuat simbol-simbol ini menjadi menarik untuk saya bahas di tulisan ini. Ingin tahu maknanya?
Yuk, simak uraian penjelasan simbol-simbol berikut ini:
✍️ bermakna SETORAN WAJIB. Simbol ini menjadi “cambuk” paling sakti yang membuat setiap anggota di grup literasi ini harus menulis. Minimal satu bulan, satu kali memosting tulisan.
Jika anggota grup sudah memosting tulisan ini, maka ia akan mendapatkan simbol ini tercantum di belakang nama pemosting tulisan. Tulisan itu bisa berupa tulisan pantun, puisi, reportase, opini, cerpen, pentigraf, putiba, dan tulisan genre lainnya.
✅ bermakna SETORAN SUNNAH. Simbol ini menjadi simbol yang disematkan pada penulis yang memosting tulisan kedua dan selanjutnya. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa di dalam agama islam, sunnah berarti jika dilakukan berpahala, tetapi jika ditinggalkan tidak apa-apa.
Namun, saya mendapatkan makna berbeda saat mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa(LDKM) di kampus PENS ITS Surabaya saat memaknai kata sunnah. Salah seorang trainer yang mengajari saya di kampus memberikan makna yang cukup berbeda.
Menurut trainer tersebut, ia mengatakan dan memaknai bahwa SUNNAH ITU JIKA DIKERJAKAN BERPAHALA DAN JIKA TIDAK DIKERJAKAN, MAKA KITA AKAN KEHILANGAN KESEMPATAN MENDAPATKAN PAHALA.
Jika ini dimaknai dalam dunia tulis menulis, saat kita membiasakan diri menambah postingan tulisan “sunnah” maka itu akan membuat tulisan kita kian hari kian berkualitas. Jika kita meninggalkan kebiasaan itu, maka kesempatan memperbaiki kualitas tulisan akan semakin jauh tergapai.
🔴 bermakna BELUM SETOR TULISAN. Nah, simbol ini biasa kita sebut dengan istilah pentol merah. Ini menjadi simbol yang cukup “ditakuti” oleh anggota grup. Simbol ini akan terus melekat di belakang nama kita bila kita belum menulis satu pun tulisan hingga akhir bulan.
Apalagi bila simbol ini bertengger dua kali di belakang nama kita, artinya kita belum setor tulisan dua bulan berturut-turut. Ini pertanda “kiamat” dan sebentar lagi nomor kita akan dikeluarkan dari grup literasi RVL ini.
Untuk mendaftar menjadi anggota grup atau ingin bergabung kembali, maka kita harus mengikuti empat komitmen dan syarat menjadi anggota RVL sebagai berikut:
1. Punya niat belajar menulis
2. Melaksanakan kegiatan menulis
3. Mengikuti aturan RVL
4. Mengikuti pelatihan menulis dan bedah karya (daring)
Maka, menghadirkan simbol-simbol yang memiliki makna yang berbeda dalam aktivitas menulis seperti yang saya jelaskan di atas menjadi penting. Simbol di atas tentu bukan sebatas penanda tanpa arti, namun menjadi pelecut tersendiri bagi kita yang memang serius ingin meningkatkan kapasitas diri untuk menulis.
Apa simbol yang Anda sukai? Sejauh mana simbol itu mendorong dan mentenagai kita untuk untuk benar-benar menjadi penulis? Bukankah kita memang memilih dan memantaskan diri ingin menjadi penulis? Tertarik dengan tantangan bergabung di grup RVL ini? Yuk ah…. Gass poll...
9 Comments
Bagus Tulisan ini dari simbol jadi Pelecut menulis
ReplyDeleteLuar biasa, saya sebulan menggeluti simbol-simbol itu, tapi tidak terpikir menjadikan tulisan. Hehe....
ReplyDeletesaya pikir daripada bolak balik menjelaskan arti simbol, jadi saya buat tulisan saja tentang ide simbol ini bu Mien
DeleteKeren. Jiwa penulis sejati. Suatu simbol mungil bisa terurai jd tulisan yang panjang dan bermakna. Mksh pak, semoga kita semua makin termotivasi menulis..
ReplyDeleteKeren...ide sederhana menjadi tulisan yang bagus. Masyallah
ReplyDeleteTulisan dengan ide yang dipilih dengan cermat, dan dikupas dengan baik. Mantap, Mas.
ReplyDeleteWah sangat kreatif dalam menumbuhkan semangat para literasi dalam menyetor dan gampang dipahami
ReplyDeleteTerimakasih coach, jadi termotivasi. Semoga semangat menulisnya nular ke kita juga.
ReplyDeleteMasha Allah, keren, dan sangat inspiratif. Sekiranya diberikan kesempatan bergabung di RVL, saya akan mencoba menaati rambu-rambu tersebut. Dalam batas-batas tertentu, "Lampu Merah (LM)" di RVL itu more dangerous (lebih berbahaya) dari Lampu Merah Lalu Lintas di Arab Saudi. Kenapa? Jika 2 kali kena "jepretan" LM di RVL, jangsung out, dan mungkin tidak akan (paling tidak, tidak ada jaminan) di-add lagi. Kesempatan, "hilang!". Melanggar 2 atau 3 kali LM di Arab Saudi masih aman JIKA mampu (dan harus....) membayar denda yang yaa ........ Saya pernah kena jepretan biasa 1 kali. Harus "iklas" segera bayar 3.000 riyals (yang saat itu senilai 12an juta rupiah) sebelum ada tambahan jika telat banyar.
ReplyDelete