Sumber Gambar: https://www.kompas.com/sports/read/2021/06/23/23000088/peralatan-lomba-lari-jarak-pendek?page=all

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133)

 

SEBELUM memasuki bulan Ramadan, guru mengaji saya berpesan agar kami berlomba kebaikan saat memasuki bulan ini. Maka di grup WA 2024 MEKAR, anggota mengaji kami membuatkan list daftar nama. Setelah itu satu persatu menuliskan nomor juz bacaan Al-Qur'an yang sudah dibaca di belakang namanya.

 

Pada hari pertama, list tampak normal-normal saja dan belum menunjukkan pergerakan yang cukup berarti.  Saya lihat ada enam orang yang menuliskan namanya dalam list tersebut dan juz 1 di belakang nama mereka.

 

Hal ini menandakan bahwa mereka berenam sudah menyelesaikan membaca juz 1 di hari pertama Ramadan. Namun, pemandangan berbeda tampak mulai saat memasuki hari kedua.  

 

Dalam postingan, tampak list nama sudah berbeda dari hari pertama. Berubah dan bertambah cukup drastis menjadi 18 list nama dengan variasi keterangan mulai juz 1,2,3. Artinya di hari kedua ada yang sudah mulai berkejaran membacanya, sampai-sampai ada yang memasuki level juz 3.

 

Hingga memasuki hari ke 6, sudah bertambah lagi menjadi 25 peserta dengan variasi keterangan juz. Yang menarik perhatian saya adalah ada yang menuliskan juz 16 di sebelah namanya.

 


Nampak sekali terjadi persaingan yang cukup ketat sesama anggota. Perbedaan terlihat pada perbedaan laju banyaknya lembaran/mushaf yang dibaca oleh kawan-kawan di grup mengaji ini.

 

Perlu diketahui, grup WA ini awalnya diniatkan untuk memotivasi setiap anggotanya agar terus membaca Al-Quran selama Ramadan. Ya, setidaknya bisa membaca Al-Qur'an dengan formasi 1 hari 1 juz.  

 

Harapannya, di akhir bulan akhirnya bisa mengkhatamkan 30 juz. Tapi, karena sudah nampak adanya kompetisi kebaikan,  maka semua anggota terpicu untuk saling mengejar ketertinggalan.

 

Inilah yang membuat suasana Ramadan di grup WA 2024 MEKAR menjadi lebih hidup. Semua orang dalam grup saling menyemangati. Sesekali guru mengaji kami memosting tulisan hadis penyemangat untuk seluruh anggota grup.

 

Inilah yang membuat kami semakin bersemangat membaca, meski penulis sendiri masih “ngepot-ngepot” alias terseok-seok dan sedikit ngos-ngosan karena belum mampu mengejar jawara pertama dalam pertandingan kali ini.

 

Ingin tahu apa yang disampaikan oleh guru kami? Inilah postingan penyemangat bagi kami. Semoga postingan ini juga menjadi penyemangat bagi pembaca untuk ikut berlomba dalam kompetisi mengejar akhirat kali ini lewat wasilah datangnya bulan mulia, Ramadan.

 

_Diriwayatkan dari Jabir Bin AbdillahRadhiyallahu ‘anhu_

 

كَانَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلىٰ أُحُدٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ: "أَيُّهُمَا أَكْثَرُ أَخْذًا لِلْقُرْآنِ؟" فَإِنْ أُشِيْرَ إِلَى أَحَدِهِمَا قَدَّمَهُ فِي اللَّحْدِ

 

_“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulkan antara dua orang korban perang Uhud, kemudian disebutkan, ‘Siapa yang lebih banyak hafal Al-Qur’an di antara keduanya, beliau mendahulukannya masuk ke liang lahat.”(Riwayat Bukhari)_

 

_(Dikutip dari At Tibyan Fii Uluumil Qur'an, dalam Bab Menghormati dan Memuliakan Ahli Al-Qur’an)_

 

_Mari... Ayo...dulur dulur smua... kita tingkatkan terus semangat kita dalam memperhatikan Al-Qur'an, dimulai dari kecintaan kita membaca Al-Qur'an terlebih di bulan suci Ramadan ini (Al faqir)_

 

Saya pun menjadi teringat dengan salah satu cerita yang saya baca di sinergifoundation.org, dan mungkin Anda juga pernah membacanya. Sebuah  kisah pertandingan antara dua sahabat dalam berlomba untuk kehidupan akhirat mereka.

 

Ketahuilah bahwa para sahabat Nabi Muhammad saw, selalu berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Tentu dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Inilah yang terjadi pada sahabat Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra.

 

Perlombaan ini berkisah tentang kompetisi sedekah antara Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra  sebelum terjadi peristiwa Perang Tabuk. Waktu itu Rasulullah saw menyeru kepada para sahabatnya untuk memberikan sedekah sesuai dengan kemampuannya masing-masing karena medan perang yang cukup jauh dan berat.

Sumber Gambar: https://www.dompetdhuafa.org/sedekah-magnet-rezeki/


Umar bin Khattab ra pada saat itu memiliki harta kekayaan untuk disedekahkan. Dalam hatinya, ia merenung, “setiap saat Abu Bakar selalu membelanjakan hartanya lebih banyak dari apa yang telah saya belanjakan di jalan Allah.”

 

Umar berharap dengan karunia Allah, semoga dapat membelanjakan harta di jalan Allah lebih dari Abu Bakar kali ini, saat itu Umar ra mempunyai dua harta kekayaan untuk dibelanjakan di jalan Allah SWT.

 

Kemudian ia pulang ke rumahnya untuk membawa harta yang akan disedekahkannya, dengan perasaan gembira sambil membayangkan bahwa pada hari ini ia akan bersedekah melebihi Abu Bakar ra. Oleh karena itu, segala yang ada di rumahnya ia ambil setengahnya untuk disedekahkan.

 

Lantas Umar ra membawa harta itu kepada Rasulullah saw. Pada saat itu Rasulullah saw bersabda kepada Umar ra, “Apa ada yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?” Umar ra pun menjawab, “Ya, ada yang saya tinggalkan, wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya, “Seberapa banyak yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Ia menjawab, “Saya telah tinggalkan setengahnya.”

 

Tidak berapa lama kemudian Abu Bakar datang dengan membawa seluruh harta bendanya kepada Rasulullah saw. Umar bin Khattab ra berkata, “Saya mengetahui bahwa beliau telah membawa seluruh harta benda miliknya. Begitulah pembicaraan yang saya dengar dari pembicaraan antara beliau dengan Rasulullah saw.”

 

Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada Abu Bakar, “Apakah yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Saya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka (saya tinggalkan dengan keberkahan nama Allah SWT dan Rasul-Nya serta keridhaan-Nya).”

 

Mendengar hal itu Umar bin Khattab ra berkata, “Sejak saat itu saya mengetahui bahwa sekali-kali saya tidak dapat melebihi Abu Bakar.”

 

Nah, sahabat yang hebat. Mumpung Ramadan masih belum jauh kita lewati. Yuk, kita bersama-sama membuat kompetisi dalam kebaikan, dengan keluarga atau sahabat terdekat.

 

Semoga kita bisa berkompetisi sehat menuju akhirat. Sehingga kita bisa terus bersama. Bersahabat, sekeluarga, di kampung akhirat. Sebagaimana salah satu judul buku novel Asma Nadia  yang berjudul “Sehidup Sesurga”.


Abdullah Makhrus

Sidoarjo, 17 Maret 2024