Oleh: Abdullah Makhrus
Sumber gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Pari
Siapa hari ini yang tidak memiliki masalah dalam hidupnya? Hampir setiap kita memiliki masalah masing-masing. Baik masalah pribadi, keluarga, maupun pekerjaan atau bisnis. Beragam cara dilakukan orang untuk menyelesaikan problem kehidupannya. Mulai dengan jalur diskusi dengan keluarga, teman, rekan bisnis, dan ada pula yang berikhtiar mencari petunjuk dan memohon pertolongan pada Tuhannya.
Salah satu masalah yang cukup menjadi kerisauan dan pasti dihadapi seseorang adalah manakala menghadapi kematian. Hal ini disebabkan karena kejadian kematian bisa datang secara tiba-tiba dan diiringi rasa sakit yang berlebihan.
Dalam cerita yang ditulis dalam buku yang berjudul Tentang Candi dan Sejarah Candi Pari (TCSCP) banyak diulas tentang latar belakang dibangunnya sebuah Candi. Buku yang ditulis oleh Soekarno yang diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan Sidoarjo menceritakan tentang sejarah dan pemahaman yang dialami oleh orang-orang pada pemeluk agama hindu di masa lalu dalam menghadapi datangnya kematian.
Karena ketakutannya pada saat sakaratul maut, para pemeluk agama hindu berupaya melakukan ritual pemujaan pada Dewi Chandika. Mereka berharap ketika mereka melakukan upacara atau ritual maka Dewi Candhika atau yang mereka kenal dengan Dewi Maut tidak gampang mencabut nyawanya.
Karena itu mereka memuat bangunan suci yang dinamakan Candi. Bangunan ini digunakan sebagai sarana persembahyangan. Sarana tersebut juga dimaksudkan untuk meminta pertolongan agar mereka dibebaskan dari siksa Sang Hyang Widhi Wasa.
Bangunan Candi dan PDCA
Bangunan candi tidaklah dibuat secara sembarangan. Sebagai contoh dalam pembangunan Candi Pari. Pembangunan dalam pembuatan Candi ini mengingatkan penulis saat mengikuti mata kuliah quality control management saat kuliah yang didalamnya pernah membahas konsep PDCA. Singkatan ini berasal dari bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" yang artinya Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak Lanjut.
Ini adalah sebuah proses pemecahan masalah yang pada umumnya digunakan dalam rangka pengendalian kualitas produk yang akan di hasilkan. Metode ini dikenalkan oleh W. Edwards Deming, yang dikenal sebagai bapak pengendalian kualitas modern.
Plan. yang berarti perencanaan. Dalam konsep pembangunan Candi Pari, dalam TCSCP mengungkapkan bahwa sebelum bangunan Candi dibangun ada perencanaan yang matang. Salah satunya dilakukan kajian terkait lokasi dan kondisi tanahnya.
Sebagaimana pembangunan kompleks Candi Pari apabila didetailkan sangat terlihat kompleks masalahnya. Pemilihan lokasi berkaitan erat dengan kondisi kesuburan tanah, sumber air, tata masyarakat, kebudayaan, musim, maupun pilihan spiritual.
Pilihan Candi Pari tampak sengaja direncanakan dibangun di daerah yang subur di sebelah utara kali Porong. Daerah tersebut mengalir kali Lajuk yang letaknya di selatan dari lokasi candi dan kali Pamotan yang membuat Porong tidak pernah kering sepanjang tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ini direncanakan dengan matang dan kospseptual.
Do. yang bermakna kerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa rencana itu tidak hanya sekedar ilusi semata. Perencanaan yang detail ditunjukkan dengan adanya bukti bangunan Candi Pari yang berdiri kokoh dan bisa kita saksikan hari ini.
Bukti lain bisa kita lihat dari adanya sebuah patung kecil tanpa kepala, disandarkan di dinding dalam bagian timur di dalam ruangan candi. Namun, sekarang ini di sekitar Candi Pari tidak ada satu pun patung yang bisa kita lihat.
Selain itu ada batur candi pada bagian depan dan kanan kiri yang digunakan untuk mengitari candi. Hal ini bagian dari ritual umat hindu sebelum sembahyang “hatur sembah” kepada sang Raja harus mengitari candi sebanyak 3 kali.
Begitu pula bangunan tubuh candi yang berbentuk gemuk pendek dimaknakan dengan tumpukan pari(baca: padi) dengan batur mekar. Tubuh candi tampak gemuk berisi sedang atap tinggi meruncing, sehingga persis dengan tumpukan padi yang menjadi lambang kemakmuran sehingga orang Sidoarjo menyebutnya dengan sebutan Candi Pari.
Check. yang bermakna proses pemeriksaan. Hasil pemeriksaan pada candi ini bisa dilihat dari dinding candi yang keropos dimakan usia. Meskipun seperti itu, terlihat kualitas batu merah ini jauh lebih baik daripada batu merah buatan sekarang. Hal ini terlihat dari batu merah candi yang tidak nampak adanya perubahan sampai ratusan tahun karena ketahanannya terhadap lumut.
Begitu pula dengan estetika pada candi di Jawa Timur ini memiliki keseimbangan ketika bobot visual dan aktual atau massa termasuk massa warna) yang didistribusikan sedemikian rupa. Sehingga tampak harmoni secara fisik dan visual seperti yang digambarkan pada buku Kajian Estetika Relief Candi di Jawa Timur yang ditulis oleh R. Bambang Gatot Soebroto.
Action. yang berarti tindak lanjut. Hal ini tampak pada upaya Kanwil Dedikbud dan SPSP(sekarang menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya Prop. Jawa Timur) yang melakukan pemugaran Candi Pari. Jika dulu bagian atas candi atau dikenal dengan mahkota yang sebagian sudah runtuh, batu merah berserakan dan langit-langit disanggah dengan kayu agar bisa tegak kembali sehingga sekarang menjadi candi yang megah dan kokoh.
Sebagai akhir dari ulasan ini, jika kita mengamati secara detail bangunan Candi Pari, maka ada pelajaran penting bagi kita. Proses pembangunan candi dibangun tidak hanya sebagai bentuk fisik semata, namun proses di dalamnya mengajarkan pada kita tentang korelasinya dengan metode PDCA yang dirancang guna menghasilkan kualitas produk yang terbaik.
Termasuk di dalamnya, ada inspirasi dalam menyelesaikan setiap masalah hidup kita yang yang harus dimulai melalui perencanaan. Sehingga ada kata bijak yang sering terngiang dalam telinga kita, bahwa siapa saja yang gagal membuat perencanaan, maka sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalan.
Kita pun harus makin yakin bahwa setiap masalah kehidupan, bisa diselesaikan asalkan kita memiliki analisa dan ilmu yang tepat. Bukankah yang menjadikan sumber stress dalam hidup adalah ketika ilmu yang kita miliki lebih sedikit dari pada masalah yang kita hadapi?
Karena itu, saat melihat bangunan Candi Pari sejatinya bukan hanya sekadar mengamati bangunan fisik semata, namun kita harus mampu menangkap makna filosofi dibalik bangunan kokoh yang tegap berdiri di tanah Sidoarjo tercinta. Sudahkah Anda menemukan pesan itu?
1 Comments
Wah...tusannya bagus Pak. Jadi ngeon belajar nulis kayak gini.
ReplyDelete