Oleh: Abdullah Makhrus


“ALHAMDULILLAH minat baca kita tinggi, minat baca WA itu cukup tinggi. Bangun pagi buka WA, minat baca tinggi. Tapi WA pun begitu agak panjang skip. Saya agak khawatir bahwa sesungguhnya di Indonesia itu bukan kita tidak punya minat baca, minat bacanya mungkin ada tapi daya bacanya yang rendah,” (Anies Baswedan)


Hijrah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna perubahan (sikap, tingkah laku, dan sebagainya) ke arah yang lebih baik. Maka, di momentum awal Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriah rasanya penting bagi kita untuk melakukan resolusi untuk perubahan diri, keluarga, bahkan dalam bernegara.


Ada banyak hal yang bisa kita ubah terutama dalam konteks individu agar kita bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik dalam banyak hal. Perubahan itu  meliputi upaya perbaikan dalam mindset, ibadah, keluarga, kinerja, relasi sosial, maupun pengembangan diri,.


Salah satu aspek pengembangan diri yang mestinya tidak boleh dilupakan adalah dalam konteks literasi. 

Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis, tidak hanya dipahami sebagai kemampuan baca dan menulis.


Dalam bahasa Latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar. Sedangkan, menurut Elizabeth Sulzby, seorang professor dari University of Michigan memaknai literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi; membaca, berbicara, menyimak dan menulis. 


Sementara itu, National Institute for Literacy, memberikan pemahaman bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Pemahaman ini memposisikan literasi secara kontekstual lingkungan (perpustakaan.setneg.go.id,19 Februari 2021)


Menurut penulis, saat ini kita perlu melakukan hijrah pada sisi literasi. Mengapa pada aspek ini perlu menjadi fokus perhatian? Setidaknya, karena temuan banyak fakta miris dan mengejutkan pada konteks literasi inilah yang membuat kita perlu berefleksi sekaligus menjadi bahan pertimbangan.


Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca! Ironisnya, meski minat baca buku rendah, tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. (kominfo.go.id)


Hijrah literasi, mulai dari mana?

Filsuf Tiongkok, Lao Tzu pernah mengatakan bahwa "Perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah pertama". Karena itu kita perlu memikirkan langkah pertama apa guna mengawali perubahan dalam diri kita? 


Pertama, buka mindset diri untuk berubah lebih baik meskipun hanya 1% setiap hari. Mulailah dari perubahan kebiasan kecil. Meski terbaca sepele hanya 1 %,  kita akan melihat bahwa dampaknya akan besar sekali. Bayangkan, jika itu dilakukan selama 100 hari. Kita akan menjadi pribadi yang berubah 100%. 


Sekali lagi, syaratnya hanya satu. berkomitmenlah lakukan kebiasaan kecil baru yang baik tersebut dengan konsisten setiap harinya.  Menjadi 1% lebih baik setiap hari, ikut berperan dalam kemajuan jangka panjang” (James Clear, Atomic Habit)


Kedua, luangkan waktu untuk minimal 15 menit untuk membaca. kita bisa mendapatkan wawasan yang luas termasuk informasi dari seluruh dunia yang awalnya kita tidak tahu dari kegiatan membaca. 


Tentu kita bersyukur pemerintah memberikan support sistem agar anak didik kita memiliki kebiasaan membaca. Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang menginisiasi kegiatan membaca nonteks pelajaran 15 menit bagi siswa sebelum masuk ke kelas mata pelajaran. (mediaindonesia.com, 15/10/19)


Dalam sebuah artikel yang yang ditulis Catherine Winter berjudul 10 Benefits of Reading: Why You Should Read Every Day, dijelaskan setidaknya ada 10 manfaat membaca, diantaranya:


1. Stimulasi Mental Untuk Otak 

2. Kebiasaan Baik Untuk Pengurangan Stres

3. Peningkatan Pengetahuan

4. Perluasan Kosakata

5. Meningkatkan Memori 

6. Keterampilan Berpikir Analitis Lebih Kuat

7. Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi

8. Keterampilan Menulis Lebih Baik

9. Ketenangan

10. Sumber Hiburan Gratis

(lifehack.org, 13/3/2023)


Karena itu, hijrah literasi perlu kita mulai dengan membiasakan diri sekaligus mengajak keluarga untuk membaca. Dalam salah satu nasihatnya, Hujjatu al-Islam, Imam al-Ghazali menjelaskan, ada ilmu yang tidak bisa diceritakan, dan tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata, karena ilmu ini  terkait dengan rasa.


Seperti kenikmatan minum kopi, masakan, atau kepuasan biologis, tidak bisa digambarkan dengan kata. Kalau pun bisa, tidak akan sama, bahkan mendekati sama pun tidak. Itulah Ilmu Rasa. Ilmu tentang kenikmatan (ladzah). Maka, tentu sepuluh kenikmatan membaca yang telah diuraikan di atas , hanya bisa dirasakan oleh mereka yang sudah membaca setiap hari. 


Ketiga, setelah kita bisa merasakan nikmatnya membaca, mari meningkatkan kemampuan literasi yang lain yaitu berbicara, menyimak, dan menulis.  Selamat Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1445 H. Semoga momentum awal tahun baru hijriah kali ini memantik perubahan dalam diri, agar kita melakukan hijrah literasi.


Sudah membaca apa kita hari ini?



Sidoarjo, 1 Muharram 1445H(19 Juli 2023)


*) Abdullah Makhrus adalah penulis buku berjudul "1 Pesan 1 Peristiwa" dan "Rahasia 15 Menit Membuat Blog dan Website Pribadi Bagi Pemula"