Oleh: Abdullah Makhrus
JALAN panjang kesuksesan setiap orang acapkali berbeda. Selalu ada cerita
unik dan menarik. Namun, selalu ada benang merah yang bisa ditarik.
Dari sekian banyak cerita sukses orang yang pernah saya datangi dan
wawancarai. Hampir semua menyatakan bahwa mereka meraih kesuksesan dengan terus
melakukan pergerakan.
Jika seseorang berhenti dan menyerah
di tengah perjalanan, jangan banyak berharap bisa menemukan ujung jalan
keberhasilan.
Seperti apa yang disampaikan oleh salah satu guru literasi saya, Bapak Much.
Khoiri. Beliau pernah mengatakan,
*“Laksana orang bersepeda, dalam keadaan normal, dia mengayuh sepedanya dalam kecepatan normal. Jika lengang, dia akan ngebut di perjalanan, namun jika padat, dia akan jalan perlahan. Yang penting, tetap mengayuh, meski jalannya pelan, agar sampai pada tujuan.”*
Kita pun perlu mengingat cerita bersejarah pada peristiwa yang dialami oleh
Ibunda Siti Hajar tatkala mengasuh putra tercinta Ismail kecil yang kelak
menjadi utusan Allah.
Saya ingin mengutip sebagian tulisan ustaz Rendy Saputra yang menceritakan
betapa kita sebagai manusia, harus bergerak agar hidup makin berdampak.
Kala itu, Ismail kecil menangis kencang karena
kehausan di tengah tanah gersang. Sebagaimana seorang Ibu, hati Siti Hajar
kalut dibuatnya. Matanya mencari-cari di sekitar gurun, namun tak ada tanda-tanda adanya air sedikit
pun.
Di kejauhan terlihat adanya air, berlarilah Siti
Hajar ke tempat tersebut. Shaffa, itulah bukit yang ia daki. Sesampainya di
bukit tersebut, tak sedikit pun air ditemukan, dirinya terus berdoa dan memohon
kepada Allah, lalu kemudian menebar pandangan kesegala arah.
Terlihat air dari kejauahan. Siti Hajar pun berlari
ke bukit yang lain. Marwah, itulah nama bukit tersebut. Sesampainya di Marwah,
Siti Hajar tidak juga mendapatkan apa yang beliau cari.
Siti Hajar kembali berfikir, mungkin di bukit yang
tadi, ia tidak teliti, kembalilah ia kembali ke bukit shaffa. Lalu ke marwah,
lalu kembali lagi ke shaffa, lalu ke marwah, lalu ke shaffa dan ke marwah untuk
terakhir kali.
Sesampainya di Bukit marwah tuk kesekian
kalinya, Siti Hajar yang kelelahan, akhirnya ambruk di samping bayi kesayangan.
Hatinya tercabik-cabik menunggu nasib dan keajaiban.
Ia berserah diri
secara total. Beberapa waktu kemudian ia bangun. Ia kumpulkan sisa tenaganya untuk
bertahan.
Dengan ikhtiar yang sudah
dilakukan maksimal, terdengarlah
gemiricik air dari dekat tubuh Ismail 'alaihissalam. Akhirnya Allah SWT
munculkan mata air yang mengalirkan kehidupan. Kemudian dikenal sebagai Zam Zam
yang kini kita saksikan.
Hadirlah
mata air Zam Zam, yang tidak hanya menghapus dahaga Ismail kecil, namun juga
dinikmati oleh generasi berikutnya sepanjang lintas peradaban.
Kisah ini mengajarkan satu prinsip hidup yang seharusnya tetap melekat pada
diri kita.
“Walaupun ada seribu alasan yang menjadi hambatan, pasti ada satu celah alasan untuk menuju jalan kesuksesan. Teruslah bergerak sembari terus berdoa mengharap pertolonganNya. Hingga engkau temukan jalan kemudahan yang telah Allah tetapkan untuk hambaNya yang masih beriman”
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan." (Q. S. Al-Insyirah : 5-6)
Bagaimana dengan kita? Menjadikan alasan sebagai kendala atau terus bergerak
menemukan celah cahaya yang telah Allah siapkan menuju kesuksesan yang tengah
menanti kita? Kita sendirilah yang bisa menjawabnya.
⏲ Salam
Hijrah Sukses Mulia
5 Comments
Mantab Ustadz
ReplyDeleteSaya senang sekali membaca ini. Seperti dapat energi di pagi hari
ReplyDelete"Saya ingin mengutip sebagian tulisan ustaz Rendy Saputra yang menceritakan betapa kita sebagai manusia, harus bergerak agar hidup makin berdampak." Berdampak kebaikan untuk banyak orang. Insyaallah
ReplyDeleteTerus bergerak dan bermanfaat ya coach..
ReplyDeleteThanks tulisannya selalu membuat semangat.
Subhanallah, tulisan keren Pak! Terimakasih, menjadi bahan refleksi diri. Bergerak, bergerak, dan bergeraklah!
ReplyDelete