RAMADAN INSPIRATION DAY#1

SESEORANG melakukan aktivitas pasti karena ada dorongan motivasi yang memberikan kesempatan ruang diri agar terus bergerak.  Dorongan motivasi ini ada dua jenis, ada yang berasal dari luar dirinya dan ada pula yang berasal dari dalam dirinya sendiri.

Mari kita pelajari bersama-sama dua jenis motivasi di atas. Dorongan motivasi  yang berasal dari luar dirinya  bisa jadi karena iming-iming mendapatkan materi. Misalkan ada orang tua yang menginginkan anaknya mau berpuasa di bulan Ramadan dengan cara memberikan hadiah.

Orang tua mendorong anaknya agar mereka mau berpuasa. Anak bersemangat dan mau berpuasa  karena ingin mendapatkan hadiah misalkan es krim, uang atau mainan kesukaannya.  Maka anak mau berpuasa karena mereka ingin mendapatkan hadiah yang mereka harapkan.

Seseorang dengan tipe motivasi model ini akan bertanya, apa yang akan saya peroleh apabila saya melakukannya? Mereka baru akan bergerak dan melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan hadiah atau pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dalam hidupnya.  

Mereka meletakkan pijakan ini dalam dunia mereka dan menganggapnya bisa meningkatkan kualitas diri mereka. Biasanya, tipe orang seperti ini mereka hanya akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan.

Ketahuilah sahabat, motivasi tipe pertama ini sesungguhnya bersifat sangat lemah. Karena jika tidak ada embel-embel hadiah atau balasan materi maka mereka tidak akan bergerak dan melakukan sesuatu.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline. Ia menyatakan bahwa motivasi itu ada yang berasal dari internal dan eksternal.

Motivasi eksternal bisa berupa motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain sebagaimana yang saya sudah jelaskan di atas. Berikutnya adalah motivasi untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.

Contoh motivasi karena menghindari ketidaknyamanan atau hukuman adalah seperti ketika seseorang bersemangat berangkat kerja pagi sekali. Bahkan, ia rela harus berlari menuju mesin ceklock presensi karena tidak ingin terlambat datang ke tempat kerja.

Karena sekali ia datang terlambat akan hukuman berupa potongan 10.000 perhari. Jika ia terlambat selama tujuh kali selama tiga bulan berturut-turut maka ia akan dipanggil pimpinan untuk mendapatkan “tausiah cinta”.  Semoga cerita fiktif ini bukan dialami oleh saya atau pun Anda 😊

Ketiga, motivasi yang berasal dari internal diri. Motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Salah satu motivasi dari internal ini berupa adalah berupa dorongan kasih sayang. Seorang suami bekerja keras karena ingin memberikan nafkah terbaik buat istri dan anaknya. Orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah swasta berbasis akidah islam meski harus membayar lebih mahal. Karena ia ingin anaknya bisa memberikan kasih sayang dan bisa mendoakan orang tuanya ketika meninggal dunia.

Motivasi internal lainnya yang jauh lebih dahsyat adalah karena adanya dorongan atau visi akhiratnya. Ia meyakini bahwa hidupnya tidak selesai di dunia, tapi ada hal yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat.

Maka ia akan berhati-hati dalam bertindak. Ia hanya akan memilih tindakan yang berimplikasi pahala dan mendekatkan dirinya ke surga. Persis sebagaimana kisah yang riwayat dari ‘Adiy bin Hatim ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali akan diajak bicara oleh Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia menengok ke kanan, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Ia pun menengok ke kiri, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia melihat ke depan, maka ia tidak melihat kecuali neraka ada di depan wajahnya. Karena itu jagalah diri kalian dari neraka meski dengan sebutir kurma.(Mutafaq ‘alaih).

Maka di kesempatan yang mulia di Ramadan penuh berkah ini, sempatkan beramal dan bersedekah. Meskipun tidak banyak, meski hanya dengan kemampuan sedekah hanya sebutir kurma, karena bisa jadi itulah amalan yang akan menjadi penyelamat diri dari siksa api neraka.

Jika kita mendasari hidup dengan memilih motivasi internal atau intrinsik, maka itu merupakan pilihan tepat dan berdampak jangka panjang. Motivasi ini tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan.

Mereka akan bermetaformosa menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai, atau mencapai suatu tujuan paling mulia. Bisa kembali ke surga. Kita akan menjadi manusia merdeka, tidak terkungkung dan terpenjara karena iming-iming hadiah atau menghindari ancaman di dunia .

Manusia ‘merdeka’, yang menurut Ki Hajar, “mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri) “.

Semoga kita bisa memilih motivasi tertinggi dalam hidup dan menjadi manusia merdeka.  Karena saya meyakini manusia merdeka itu adalah Anda dan saya. TABIK!