RAMADAN INSPIRATION DAY#3

Untuk membangun optimis dalam diri, profesor Martin E.P. Seligman itu memberikan formula atau resep ABCDE. Apa itu ABCDE?  Maka rinciannya sebagai berikut:

A-- Adversity

B-- Beliefs

C-- Consequences

D-- Disputation

E-- Energization (action)

 

Maksudnya apa? Maksudnya adalah ketika kita beralih dari zona nyaman ke zona takut, itu berarti ada tantangan baru ada hal baru, ada hal berbeda yang perlu kita lakukan. Maka kemudian di sini muncul Adversity(kesulitan). Ini bisa dimaknai sebagai sebuah situasi baru yang membutuhkan respon.


Orang pesimis dan optimis sama-sama menghadapi ini. Nah tetapi kemudian muncul Belief(keyakinan). Artinya muncullah penafsiran pada keyakinan  kita terhadap sebuah peristiwa yang terjadi. Penafsiran kita terhadap tantangan baru, cobaan baru, terhadap hal yang berbeda. Hal ini bisa dimaknai sebagai sebuah belief.


Saat muncul tantangan baru atau hal baru atau cobaan baru ini, maka kemudian belief negatif biasanya muncul. Saya sanggup apa tidak ya? Bisa atau tidak menghadapinya?  Saya punya kemampuan atau tidak? Nah biasanya muncul believe tersebut dalam diri kita. Maka, orang yang pesimis biasanya berhenti di belief negatif.


Saya memaknai belief itu berawal dari sebuah prasangka. Prasangka yang akhirnya membentuk sebuah keyakinan(belief).  Maka berprasangka baiklah pada Allah.



Sebagaimana disampaikan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku… Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
[HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]


Maka, kita bisa menganggap segala situasi buruk yang menimpa sebagai kebaikan atau keburukan. Menganggap masalah yang datang sebagai musibah atau menjadi tantangan yang memicu adrenalin untuk kita selesaikan? Semua bergantung pada prasangka dan belief kita masing-masing.


Orang-orang yang optimis akan melanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu Consequences(konsekuensi). Itu artinya kita akan bertanya pada diri sendiri. Apa dampaknya buat hidup saya kalau saya punya persepsi bahwa saya tidak sanggup, bahwa aku tidak bisa?  


Mungkin saya tidak beri kesempatan lagi oleh orang yang memercayakan amanahnya pada saya. Mungkin saya tidak akan diajak lagi dalam proyek hal ini.

Kenapa? Karena saya punya punya belief yang negatif tadi. Dia akan menghitung konsekuensi atau dampaknya jika dia tetap pada belief negatif tadi.


Maka orang yang optimis, akan melanjutkan ke tahap berikutnya dilanjutkan ke Disputation(perselisihan/bantahan).  Apa itu? Yaitu usaha kita untuk membantah terhadap keyakinan atau belief negatif tadi.


Orang-orang yang optimis akan bersikap mencari solusi atau mengeluarkan bantahan terhadap situasi yang negatif. Misalkan, “Oke, memang sepertinya saat ini saya belum bisa sih tapi kan saya bisa belajar.”  


Bisa jadi ia juga akan mengatakan, “Oke, saya memang belum punya pengalaman, belum punya jam terbang dalam hal ini. Tapi, saya bisa bertanya kepada orang yang ahli. Saya bisa bertanya kepada orang yang pernah menjalankan proyek ini. jadi Insyaallah saya bisa mengerjakan proyek ini.”


Orang-orang yang optimis berpikir bahwa untuk menyuntikkan energi, maka ia memasukkan tahapan berikutnya yaitu Energization. Orang yang optimis akan memikirkan hasil akhir setelah kemudian ia membentuk keyakinan baru yang positif.

Misalkan, “Oke kalau aku bisa menjalankan ini maka saya akan memperoleh ini, itu. Kalau kemudian saya bisa menjalankan proyek ini maka saya akan diberi amanah baru lagi. Kalau saya menjalankan proyek ini, maka saya punya pengalaman. 


Kalau saya menjalankan proyek ini, maka jam terbang saya akan bertambah. Kalau saya menjalankan proyek ini, maka kompetensi saya menjadi lebih meningkat dari sebelumnya.”


Nah orang-orang yang optimis itu lengkap poin ABCD, kemudian memasukkan Energization. Maknanya ia memberikan energi baik pada proses yang ia jalani. Mereka bisa membayangkan keuntungan-keuntungan, kenikmatan-kenikmatan atau hal baik yang ia peroleh tatkala ia menjalankan tantangan baru, proyek baru, atau hal berbeda yang sebelumnya pernah ia lakukan.


Oleh karena itu, saran Jamil Azzaini, Kalau anda ingin terus optimis jangan lupa ABCDE. Kalau ini Anda lakukan, maka Anda akan selalu menjadi orang yang optimis, optimis, optimis, dan menurut profesor Martin E.P. Seligman maka anda akan menjadi orang-orang yang sukses, orang-orang yang bertumbuh, dan orang-orang yang berkembang.


Jangan menjadi orang yang pesimis, yaitu berhenti belief yang negatif. Mereka tidak mau dia melanjutkan ke poin CDE atau Consequences, Disputation, Energization.


Orang yang seperti ini akhirnya dia stuck(terjebak), dia ingin kembali ke zona nyaman lagi. Dia hanya akan menyaksikan orang lain bertumbuh, tapi dia masih tidak berubah, stagnan, alias “pancet ngunu wae” alias nasibnya tidak akanberubah. 


Oleh karena itu sahabat,  saran beliau adalah kita perlu mengikuti formula yang ditawarkan profesor Martin Martin E.P. Seligman menjalankan rumus ABCDE.

InsyaAllah kita akan melanjutkan huruf terakhir, “F” artinya FINISH. Finish menjadi juara. Finish menjadi pemenang. Finish menjadi orang hebat di bidang yang kita tekuni.


Jika itu terus dilakukan, maka Anda akan semakin optimis. Bahkan bukan hanya sekadar optimis.  Rasa optimis Anda akan terjaga dan melejit luar biasa. Kini pilihan terakhir ada di tangan Anda. Apakah Anda ingin menjadi orang yang optimis atau pesimis? Tentukan pilihan Anda sekarang juga!