Foto dari kanan ke kiri: Saya, Pak Suwardono(Kepala Sekolah MTs Muhammadiyah Sorong) dan Bapak Saiful (Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo), dan Pak Candra (Guru SDSD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo) : Dokumen Pribadi
Memasuki hari ke tiga di kota Bandung,
saya bertemu dan berkenalan dengan sosok istimewa. Namanya Bapak Suwardono. Beliau Kepala Sekolah MTs Muhammadiyah 2
Kabupaten Sorong Papua Barat. Mengapa saya bisa bertemu sosok istimewa seperti beliau?
Ceritanya, saya bertemu beliau saat istirahat menjelang salat dhuhur di Masjid Pesantren 'Aisyiyah Boarding School (ABS) Bandung yang beralamat di Wargamekar, Kec. Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ABS ini tempat saya, satu rekan guru satu sekolah Pak Candra dan Bapak Kepala Sekolah Moh. Saifullah Rochim, SE. M.Pd mengikuti presentasi lomba.
Saya berkenalan seperti biasa, yaitu dengan menanyakan nama dan asal daerah tempat tinggalnya. Ternyata wajah beliau seperti orang Jawa mungkin karena orang tuanya berasal dari jawa, Namun beliau ini asli kelahiran Papua.
Beliau menceritakan awal mula perjalanannya dari Papua hingga datang ke kota Bandung. Mengawali ceritanya, beliau bertutur bahwa beliau hijrahnya dari Jawa ke Papua bersama orang tuanya. Saat itu orang tuanya mengikuti program transmigrasi di Papua. Sebuah pulau yang kaya raya karena kekayaan alamnya.
Kembali ke cerita pertemuan saya dengan beliau. Saya beruntung bertemu beliau. Saya menyebut Pak Suwardono sebagai orang hebat, istimewa, dan luar biasa. Bagaimana tidak, untuk mengikuti lomba sejak tanggal 6-8 Maret 2024. Ia beserta 105 rombongan yang terdiri dari guru dan siswa harus berangkat sejak 24 Februari 2024.
Hingga akhirnya mendarat di Tanjung Priok pada tanggal 29 Februari 2024. Perjalanan yang cukup menguras pikiran, melelahkan fisik dan tenaga tak membuatnya surut balik pulang kandang. Ia dan seluruh rombongan terus melanjutkan perjalanan sampai ke satu titik tempat tujuan. Tempat kompetisi Olympicad 7 di Bandung.
Perjalanan panjang itu bukanlah sebuah perjalanan yang ringan. Menurutnya, banyak tantangan yang beliau dan rombongan hadapi. Mulai perjalanan yang cukup melelahkan. Beberapa anak jatuh sakit karena perbedaan cuaca dan seringnya transit.
Ada anak didik yang awalnya flu ringan berubah jadi flu berat. Semula sehat menjadi sakit, karena kelelahan di perjalanan laut dan daratan. Sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa.
Untuk menjaga semangat tiap malam berkumpul bareng, belajar dan berkoordinasi serta sharing kendala dengan panitia lokal. Hal ini menjadi seni dalam perjalanan. Anggap saja sedang latihan kepanduan di tanah Jawa.
Satu hal yang membuat tekadnya terus menyala
dan membara adalah ingin membangun silaturrahmi dan mengenalkan anak didiknya
dari Papua ke Bandung bahwa sekolah Muhammadiyah itu besar mereka memiliki
banyak saudara. Sehingga mereka punya “nggirah” alias semangat dan bangga bersekolah
di Muhammadiyah.
Inilah yang membuat semangatnya terus
menyala, bak kompor tanpa perlu bahan bakar untuk menghidupkannya. Semangatnya
yang membaja dipadu dengan niat yang kuat mengalahkan setiap halangan dan
rintangan yang mencoba menghambat.
Pada sesi diskusi akhir, saya sengaja iseng-iseng
bertanya, “Berapa ongkos yang dikeluarkan per anak untuk transportasinya.”
Beliau awalnya tidak mau menyebutkan, tapi pada akhirnya beliau mau sedikit
membocorkan anggarannya. Anda pasti terkejut mendengarnya.
Beliau mengatakan, untuk transportasi
kapal yang ditumpanginya, sekali berangkat setiap orang perlu merogoh kocek yang cukup dalam sebesar
1.200.000 untuk membeli tiket sekali berangkat menggunakan kapal.
Lalu, coba bayangkan sahabat, berapa
total biayanya jika ditambah dengan biaya lainnya. Mulai dari biaya konsumsi,
penginapan, dan angkutan darat lain yang dibutuhkan untuk bolak balik dari
penginapan ke lokasi lomba.
Dari sini saya dan Anda pembaca tulisan
ini bisa belajar. Bahwa niat dan semangat itu perlu dipupuk dan dipelihara. Karena
kekuatan itu berasal dari niat yang kuat dan bahan bakar semangat dari dalam
diri yang terpancang hebat. Maka setiap orang akan mampu menerjang setiap
rintangan yang datang setiap saat.
Sebagai apresiasi atas tularan vibrasi
semangatnya, saya memberikan hadiah buku kesayangan saya. Buku ini sudah
selesai saya baca dalam perjalanan berangkat ke Bandung kemarin. Saya beli langsung
dari guru kepenulisan saya yaitu Prof. Ngainun Naim yang berjudul “MENULIS ITU
MUDAH 40 Jurus Jitu Menghasilkan karya”.
Saya ingin mengamalkan hadis Nabi.
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَهَادَوْاتَحَابُّوا.
Rasulullah ﷺ bersabda: Silakan saling memberi hadiah kalian, maka kalian akan saling mencintai.
Semoga dengan hadiah ini beliau akan mendapatkan
suntikan inspirasi dan berhasil menerbitkan karya yang akan menginspirasi kita
dan dunia. Setidaknya, sebagai doa saya, akan muncul tulisan-tulisan beliau yang berasal dari Papua
untuk Indonesia.
Oleh sebab itu, saya ingin berpesan
pada dirimu dan diriku sendiri. Jaga semangatmu, jangan kalah dengan
semangatnya. Karena saya dan kamu memiliki lebih banyak aset yang bisa kita
jadikan modal untuk terus menjaga semangat agar menjadi insan mulia, hebat, dan
bermartabat. Semangat!!!
Bandung, 7 Maret 2024 pukul 16.24 WIB
2 Comments
Pengalman luar biasa. Semangat ustadz
ReplyDeletePengalaman yg luar biasasengat ustadz
ReplyDelete