Sumber gambar: https://www.freepik.com/
“Jika kita keras terhadap hidup, hidup akan lunak dan
lembut kepada kita. Sebaliknya, jika kita lunak dan lembut terhadap hidup,
hidup akan keras menghantam dan merobohkan kita” (Much. Khoiri)
CARA tercepat untuk belajar adalah berguru pada pakar. Setelah
itu lakukan prinsip ATM atau Amati, Tiru dan Modifikasi. Prinsip ATM bisa diaplikasikan ke banyak lini bidang
kehidupan. Termasuk saat ini saya gunakan dalam dunia tulis menulis.
Saya sendiri banyak belajar menulis dari guru-guru penulis yang saya kagumi karena
banyaknya karya beliau. Ada Profesor Ngainun Naim termasuk Bapak Dr. Much.
Khoiri atau saya sering memanggilnya Master Emcho.
Untuk kali ini saya akan mengulik gaya menulis Mr.
Emcho, penulis 74 buku yang mungkin perlu Anda ketahui. Barangkali Anda ikut terinspirasi
dengan model menulis beliau. Semoga kita ikut ketularan menjadi penulis keren seperti
beliau. Aamiin.
Pertama, sebelum menulis sebuah artikel, terkadang
beliau mengutip satu quote dari tokoh tertentu. Quote merupakan sekelompok
kata atau tulisan pendek yang diambil dari sebuah buku, drama, pidato, dan
lain-lain dan diulang karena menarik atau berguna(kompas.com).
Tidak sembarang quote yang kita pasang pada header
tulisan kita. Namun, tentu quote yang berhubungan dan mendukung isi tulisan
yang akan kita buat. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat isi tulisan kita.
Kedua, menulis kata pertama dengan huruf kapital. Setelah
saya amati, gaya ini juga dilakukan oleh Pak Dahlan Iskan di tulisan beliau di
harian disway.id. Coba nanti Anda perhatikan.
Maka, saya pun ikutan meniru gaya menulis beliau. Saya
menuliskan kata “CARA” pada awal paragraf tulisan ini dalam huruf kapital. Coba
Anda bisa scroll kembali tulisan saya di bagian atas. Betul kan?
Ketiga, tulislah tiap satu kalimat dengan singkat. Pada
saat awal belajar menulis, tulisan kita seringkali bertele-tele. Kadang saking
panjangnya satu kalimat bisa jadi satu paragraf. Wkwkwk.
Padahal
jika mau efektif, untuk satu kalimat cukup ditulis pendek saja. Asalkan kalimat
itu sudah memenuhi satu unsur SPOK, maka itu sudah cukup. Jangan segan memberi
tanda titik untuk mengakhiri satu kalimat agar ringkas saat dibaca.
Keempat,
satu paragraf cukup ditulis dalam tiga sampai empat kalimat saja. Jika satu paragraf
terlalu banyak kalimat, itu akan membuat pembaca tulisan Anda jadi ngos-ngosan
dan bosan. Pada akhirnya, mereka tidak mau melanjutkan membaca tulisan Anda
sampai tuntas.
Kelima,
akhiri tulisan dengan kalimat penguatan atau
pertanyaan reflektif. Saya berikan satu contoh kalimat terakhir dari tulisan
beliau berjudul “Inilah Tiga Tantangan
Utama Menulis. Anda bisa mengaksesnya di https://muchkhoiri.com/2024/02/inilah-tiga-tantangan-utama-menulis
Beliau mengakhiri tulisan
dengan sebuah kalimat penguatan bagi pembacanya. Beliau menuliskan sebuah kalimat,
“Penulis yang hebat pastilah sang penakluk bagi
setiap tantangan di hadapannya”. Simple dan keren bukan?
Pada
intinya, jika serius ingin menulis maka kita harus melatih diri lebih keras. Agar
kemampuan dasar menulis yang sesungguhnya sudah kita miliki keluar dari pertapaannya.
Jangan
biarkan ia bersembunyi di balik bayang-bayang ketakutan yang tidak nyata sama
sekali. Ia hanya menghantui agar melenakan diri sendiri.
Parahnya,
ia akan mmenjadi teman pembenaran agar kita tidak perlu menulis. Anda
mengalaminya? Tenang, itu adalah tantangan yang sama. Itu pun dulu juga pernah saya
alami.
Saya
sendiri ketika menulis lebih sering membuat kalimat reflektif untuk mengakhiri
tulisan. Hal ini agar pembaca maupun saya bisa melakukan introspeksi pada diri sendiri.
Seperti praagraf terakhir ini.
Jangan
segan menekan tombol ENTER pada keyboard untuk membuat kalimat dan paragraf baru
saat belajar menulis. Jangan terlalu sering menekan tombol ENTAR pada diri Anda
untuk menunda-nunda menulis dan akhirnya TIDAK JADI membuat tulisan.
Anda
setuju?
0 Comments