Sumber gambar: https://www.freepik.com/

“Jika kita keras terhadap hidup, hidup akan lunak dan lembut kepada kita. Sebaliknya, jika kita lunak dan lembut terhadap hidup, hidup akan keras menghantam dan merobohkan kita” (Much. Khoiri)

 

CARA tercepat untuk belajar adalah berguru pada pakar. Setelah itu lakukan prinsip ATM atau AmatiTiru dan Modifikasi. Prinsip ATM bisa diaplikasikan ke banyak lini bidang kehidupan. Termasuk saat ini saya gunakan dalam dunia tulis menulis.

 

Saya sendiri banyak belajar menulis  dari guru-guru penulis yang saya kagumi karena banyaknya karya beliau. Ada Profesor Ngainun Naim termasuk Bapak Dr. Much. Khoiri atau saya sering memanggilnya Master Emcho.

 

Foto Dr. Much. Khoiri, M.Si . Sumber: https://muchkhoiri.com/2021/01/tentang-penulis/

Untuk kali ini saya akan mengulik gaya menulis Mr. Emcho, penulis 74 buku yang mungkin perlu Anda ketahui. Barangkali Anda ikut terinspirasi dengan model menulis beliau. Semoga kita ikut ketularan menjadi penulis keren seperti beliau. Aamiin.

 

Pertama, sebelum menulis sebuah artikel, terkadang beliau mengutip satu quote dari tokoh tertentu. Quote merupakan sekelompok kata atau tulisan pendek yang diambil dari sebuah buku, drama, pidato, dan lain-lain dan diulang karena menarik atau berguna(kompas.com).

 

Tidak sembarang quote yang kita pasang pada header tulisan kita. Namun, tentu quote yang berhubungan dan mendukung isi tulisan yang akan kita buat. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat isi tulisan kita.

 

Kedua, menulis kata pertama dengan huruf kapital. Setelah saya amati, gaya ini juga dilakukan oleh Pak Dahlan Iskan di tulisan beliau di harian disway.id. Coba nanti Anda perhatikan.

 

Maka, saya pun ikutan meniru gaya menulis beliau. Saya menuliskan kata “CARA” pada awal paragraf tulisan ini dalam huruf kapital. Coba Anda bisa scroll kembali tulisan saya di bagian atas. Betul kan?

 

Ketiga, tulislah tiap satu kalimat dengan singkat. Pada saat awal belajar menulis, tulisan kita seringkali bertele-tele. Kadang saking panjangnya satu kalimat bisa jadi satu paragraf. Wkwkwk.

 

Padahal jika mau efektif, untuk satu kalimat cukup ditulis pendek saja. Asalkan kalimat itu sudah memenuhi satu unsur SPOK, maka itu sudah cukup. Jangan segan memberi tanda titik untuk mengakhiri satu kalimat agar ringkas saat dibaca.

 

Keempat, satu paragraf cukup ditulis dalam tiga sampai empat kalimat saja. Jika satu paragraf terlalu banyak kalimat, itu akan membuat pembaca tulisan Anda jadi ngos-ngosan dan bosan. Pada akhirnya, mereka tidak mau melanjutkan membaca tulisan Anda sampai tuntas.  

 

Kelima, akhiri tulisan dengan kalimat penguatan atau pertanyaan reflektif. Saya berikan satu contoh kalimat terakhir dari tulisan beliau berjudul “Inilah Tiga Tantangan Utama Menulis. Anda bisa mengaksesnya di https://muchkhoiri.com/2024/02/inilah-tiga-tantangan-utama-menulis



Beliau mengakhiri tulisan dengan sebuah kalimat penguatan bagi pembacanya. Beliau menuliskan sebuah kalimat, Penulis yang hebat pastilah sang penakluk bagi setiap tantangan di hadapannya”. Simple dan keren bukan?

 

Pada intinya, jika serius ingin menulis maka kita harus melatih diri lebih keras. Agar kemampuan dasar menulis yang sesungguhnya sudah kita miliki keluar dari pertapaannya.

 

Jangan biarkan ia bersembunyi di balik bayang-bayang ketakutan yang tidak nyata sama sekali. Ia hanya menghantui agar melenakan diri sendiri.

 

Parahnya, ia akan mmenjadi teman pembenaran agar kita tidak perlu menulis. Anda mengalaminya? Tenang, itu adalah tantangan yang sama. Itu pun dulu juga pernah saya alami.

 

Saya sendiri ketika menulis lebih sering membuat kalimat reflektif untuk mengakhiri tulisan. Hal ini agar pembaca maupun saya bisa melakukan introspeksi pada diri sendiri.  Seperti praagraf terakhir ini.

 

Jangan segan menekan tombol ENTER pada keyboard untuk membuat kalimat dan paragraf baru saat belajar menulis. Jangan terlalu sering menekan tombol ENTAR pada diri Anda untuk menunda-nunda menulis dan akhirnya TIDAK JADI membuat tulisan.

 

Anda setuju?