Berfoto bersama Bapak Dr. Iwan Syahril, Ph.D Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan . Foto: Dokumen Pribadi 


MENARIK membaca tulisan berjudul “Dapat Apa  Yaa... dari Menulis?” karya bunda Sri Sugiastuti atau lebih sering dipanggil Bu Kanjeng. Tulisan ini megingatkan dan sangat memotivasi saya dan siapa saja yang ingin mendapatkan spirit untuk terus menulis.

 

Bu Kanjeng yang mendapatkan gelar kehormatan sebagai Ratu Antologi menyebutkan, setidaknya ada enam manfaat menulis. Manfaat itu antara lain:

 

1.     Mendapatkan kepuasan batin

2.     Mendapatkan kepuasan materi

3.     Terjalin silahturahmi

4.     Menjadi orang kaya sedunia(kaya hati dan sahabat)

5.     Hati merasa bahagia

6.     Membuat lebih bijak(tidak mudah emosi)

Nah, biar lengkap menjadi sepuluh, maka saya akan menambahkan tiga manfaat lainnya. Apa saja itu?

 

Ketujuh, bisa berfoto bersama orang-orang penting di seluruh Indonesia. Dengan memiliki karya buku, kita punya banyak kesempatan untuk bisa berswafoto dengan orang-orang terkenal. Anda bisa berfoto dengan rektor, dosen, atau siapa pun orang hebat yang Anda temui.

Foto bersama Bapak Dr. Sumardyono Director Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Mathematics, often shortened to SEAQiM. Foto: Dokumen Pribadi


Foto Bersama Bapak Dr. Hidayatulloh, M.Si. Rektor Umsida. Foto: Dokumen Pribadi

Foto bersama Bapak Prof. Ngainun Naim Institut Agama Islam Negeri IAIN Tulungagung


Kedelapan, bisa dikenal dunia. Sebagaimana banyak quote motivasi menulis, 

“Jika ingin mengenal dunia maka MEMBACALAH. Dan jika ingin dikenal dunia maka MENULISLAH. 

Nampaknya benar adanya. Dengan menulis buku kita bisa lebih dikenal oleh manusia dari belahan bumi yang lain”

 

Saya merasakan pengalaman ini. Ketika menulis buku, dulu punya mimpi bahwa buku ini suatu saat akan dibaca oleh orang-orang di seluruh tanah air, bahkan sampai ke negara lain. Atas izin Allah, diberikan satu kesempatan bisa belajar dengan beberapa guru dari luar negeri saat mengikuti pelatihan STEM yang diselenggarakan oeh SEAQIM SEAMEO di Jogja.

 

Akhirnya, saat perpisahan kegiatan buku ini saya hadiahkan sebagai oleh-oleh untuk  guru-guru tersebut. Hingga akhirnya, buku ini pun bisa berpindah, menjelajah belahan bumi lain.  Saat ini, buku ini telah berada di negara Thailand, Laos, Vietnam, Pilipina, dan Malaysia.

Berfoto bersama Noraini Asran Binti A. Rahim, SK (1) Kuala Ampang, Malaysia. Foto: Dokumen Pribadi 



Carina B. Buquing, DepEd Ilocos Sur, Cal-laguip Elementary School, Philippines. Foto: Dokumen Pribadi 


 

Kesembilan, bisa menghasilkan mesin jariah pahala. Bayangkan betapa banyak pahala yang Anda dapatkan ketika Anda menulis kebaikan. Bukankah salah satu sumber mengalirnya pahala yang tak terputus itu ketika seorang hamba meninggalkan ilmu yang bermanfaat. Apalagi ilmu itu mengabadi dalam sebuah buku.

 

Para ulama mengatakan, ketika orang yang berilmu wafat, maka ilmu mereka pun tetap kekal di tengah-tengah masyarakat. Di saat jasad mereka tertanam di tanah kuburan, pahala mereka tetap bermunculan.

 

يموت العالم ويبقى كتابه

“Saat ulama pergi, buku-buku mereka tetap kekal abadi.”

 

Kesepuluh, Memerngaruhi orang lain. saya merasakan sendiri, bahwa dari buku yang pernah saya baca, cukup mempengaruhi  dan menyemangati saya untuk menulis.

 

Salah satu buku bacaan yang menarik dan akhirnya memengaruhi saya untuk terus menulis adalah buku berjudul “MENULIS ITU MUDAH, 40 Jurus Jitu Mewujudkan Karya”. Tulisan Prof. Ngainun Naim inilah yang menjadi energi bagi saya untuk terus menulis.

 


Salah satu jurus ke 15 yang beliau tulis dalam artikel berjudul Formula Satu Hari Lima Paragraf ini cukup menantang dan menarik jika kita memang berniat ingin mewujudkan tulisan, termasuk jika kita ingin menghasilkan karya buku. Setidaknya satu buku dalam hidup kita.

 

Jika gajah mati meninggalkan gading, maka ketika kita mati, setidaknya tinggalkanlah warisan ilmu berupa buku. Inilah satu-satunya warisan yang tak akan lekang oleh waktu. Anda setuju? Mari menulis buku sekarang juga!!