Oleh: Abdullah Makhrus

Iqlal, murid laki-laki pendiam dan jarang berbicara di kelas 4 Umar. Jika ingin berbicara, ia hanya mengucapkan dengan suara pelan dan seperlunya saja. Berbeda 180 derajat dengan hampir semua siswa di kelas yang begitu energik dan bersuara lantang tatkala di kelas.

Siang itu, saat pelajaran Bahasa Arab, suasana kelas semakin tak terkendali. Ramai sekali suasana di kelas 4 Umar karena banyaknya siswa yang sedang asyik mengobrol. Hampir semua siswa tak memperhatikan dan tidak mendengar semua instruksi Pak Ode yang sedang mengajar karena volume suaranya kalah nyaring dengan suara siswanya. Beberapa siswa keluar masuk kelas izin ke belakang karena BAK maupun BAB setelah kebanyakan makan dan minum saat jam istirahat pertama.

Hingga waktu pengerjaan tugas pun usai. Pak Ode memerintahkan siswa mengumpulkan tugas di meja belakang kelas karena akan dikoreksi. Beberapa waktu kemudian Iqlal yang tak mendengar dengan jelas instruksi Pak Ode kembali dari kamar mandi sambil menenteng buku tugasnya. Ia pun bertanya, “Pak, ini tugasnya ditaruh di belakang mana? Saya lihat di kamar mandi tidak ada buku teman-teman”. Pak Ode pun hanya geleng-geleng sambil menepuk jidadnya.