Oleh: Abdullah Makhrus

 

Judul Buku: MENULIS ITU MUDAH, 40 Jurus Jitu Mewujudkan Karya

Penulis: Dr. Ngainun Naim

Penerbit: Kamila Press Lamongan

Edisi: Februari 2021

Tebal: viii + 116 halaman

ISBN: 9786236867419

 

Pernahkah pembaca merasa kesulitan saat menulis? Ya, mungkin semua orang yang ingin menulis pernah mengalami hal ini. Bahkan, menjaga spirit menulis bagi yang sudah biasa menulis bukanlah hal yang mudah. Terkadang semangat menulis ini acapkali tidak stabil. Kadang sangat bersemangat dan kadang tidak bersemangat sama sekali.

Hampir semua penulis pernah mengalami hal yang sama. Seiring perjalanan waktu, saya pun terus berusaha untuk menjaga semangat menulis. Salah satunya adalah membaca tulisan-tulisan penulis senior. Termasuk bergabung di komunitas menulis di Rumah Virus Literasi(RVL) maupun Gerakan Budaya Literasi(GBL) Sidoarjo.

Satu di antara upaya untuk menjaga semangat dan melatih kompetensi menulis adalah dengan berlatih menulis resensi buku. Nah, kali ini saya ingin mengupas salah satu karya buku salah satu guru menulis saya yang berjudul “MENULIS ITU MUDAH 40, Jurus Jitu Mewujudkan Karya”.

Buku ini sangat menarik, karena menyajikan berbagai kunci penting untuk membuktikan bahwa menulis itu mudah. Tentu tidak sesulit yang Anda bayangkan selama ini. Prof Ngainun Naim menuliskan jurus-jurus menulis dalam 40 judul artikel.  Artikel-artikel ini mengulas tentang begitu banyaknya tips mudahnya langkah untuk menulis.

Berdasarkan pembacaan yang saya lakukan, ada beberapa kunci yang penting yang bisa kita praktikkan. Utamanya bagi kita yang benar-benar ingin konsisten menulis seperti yang diulas Prof Ngainun Naim.

Jurus Pertama. Mengubah Status Facebook Menjadi Buku. Mungkin generasi jaman dulu (jadul) memanfaatkan facebook sebagai jejaring sosial untuk menyimpan tulisan-tulisan atau pun sekadar menulis status. Jika tulisan itu dikumpulkan bukan tidak mungkin akan menjadi sebuah buku. 

Kini banyak sekali ragam sosial media bisa dimanfaatkan untuk menyimpan cicilan tulisan-tulisan Anda. Misalkan Instagram, TikTok, Twitter, dan yang lainnya.

Jurus kedua. Menulislah Secara Ngemil. Pada jurus ini, kita akan diajak untuk menulis setiap hari. Apa saja bisa kita tulis. Mulai perjalanan yang kita lakukan, aktivitas sehari-hari, renungan, dan banyak hal yang bisa ditulis. Hal ini sesuai dengan anjuran tokoh menulis yang memiliki ide yang sama yaitu Hernowo yang ia tulis dalam artikel ini.

Hernowo menyebut metodenya dengan ngemil. Ilustrasi yang disampaikan Hernowo tentang ngemil ini laiknya makna kacang goreng bawang. Saat makan kacang goreng bawang, kita tidak bisa langsung makan banyak. Ia harus dimakan sedikit demi sedikit. Jika kita memasukkan dalam jumlah banyak ke dalam mulut membuat kita sulit mengunyah.

Begitu pula dengan menulis. Jika dilakukan secara ngemil, akan bisa ditemukan kenikmatan di dalamnya. Akan ditemukan perasaan luar biasa kenikmatan di dalamnya. Hanya penulis yang menjalani pengalaman ini yang bisa merasakannya.

Saya sendiri paling tertarik dengan jurus kelima belas. Formula Satu Hari Lima Paragraf. Pada jurus ini kita akan mendapat pencerahan bahwa menulis itu memang benar-benar mudah dan sangat sederhana. Menulislah tiap hari lima paragraf saja. Jika dilakukan kita akan menghasilkan banyak tulisan dalam satu tahun.

Meskipun sangat sederhana, tapi sesungguhnya tidak mudah dilakukan.  Jika kita berjuang melakukannya, kita pasti bisa melakukannya. Kembali lagi kuncinya memang pada niat. Seberapa besar niat kita untuk menulis. Jika niatnya tidak kuat atau hanya sekadar ingin tahu saja, lima paragraf itu berat.

Sama seperti orang yang ingin melakukan salat subuh. Hanya untuk mengangkat bulu mata yang tidak sampai 1 kilogram. Tidak semua orang bisa melakukannya, walaupun kita tiap hari berlatih mengangkat barbel dengan berat beberapa kilogram. 

Namun, bagi Anda yang betul-betul berniat. Maka Anda akan melakukan segala upaya untuk melakukannya. Mulai dari memasang alarm, maupun minta dibangunkan oleh anggota keluarga yang lainnya.

Itulah kenapa Rasulullah mengingatkan pentingnya sebuah niat. Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

 

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Karena itu, pastikanlah niat kita benar ketika akan menulis. Jika tidak benar, maka dapat dipastikan semangat Anda untuk menulis akan mudah terkikis habis.

Aspek yang saya sukai dari buku ini adalah dimuatnya pengalaman penulis yang akhirnya diundang untuk memberikan pelatihan menulis karena panita membaca karya buku dan tulisan dari penulisnya. Termasuk cerita motivasi diri  pelecut agar kita bisa enjoy untuk terus menulis.

Kisah-kisah pendukung semacam ini, menurut saya, memiliki nilai penting untuk mendorong diri kita untuk bersemangat menulis dan terus istikamah menulis. Buku ini laksana cermin bagi kita. Melalui buku ini kita bisa melihat seperti apa kondisi diri kita sekarang ini.

 Setiap bagiannya berisi refleksi tentang berbagai hal yang sesungguhnya dekat dengan kebiasaan kita yang bisa kita tulis berdasarkan pengalaman kehidupan kita sehari-hari. Membaca buku ini memberikan motivasi dan daya dorong untuk menjadi penulis dari pemula hingga penjadi penulis yang istikamah menulis dari hari ke hari. 

Masih ada 37 jurus menulis lagi lainnya yang akan Anda temukan saat membaca habis buku ini. Suatu saat, saya ingin membacakannya untuk Anda pembaca tulisan ini dalam bentuk video. Karena bisa jadi Anda lebih suka menonton video dibandingkan membaca tulisan sepanjang ini. Hehehe…

Karena itu, saya menyarankan Anda memiliki dan membaca tuntas buku ini untuk mendapatkan semangat untuk mulai dan terus istikamah menulis. Tentu, Anda semua ingin dikenang saat Anda tiada bukan? 

Salah satu yang bisa Anda lakukan adalah meninggalkan karya prasasti buku sebagai buktinya. Namun, jika kita tidak pernah menulis bagaimana mungkin karya buku bisa kita hasilkan?

Sebagaimana ungkapan yang disampaikan Al-Ghazali, 

“Apabila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah!” 

Yuk, menulis lagi. Gas poll.....