“Kita sama sekali tidak bisa mengendalikan situasi atau segala hal di luar diri kita. Satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah diri sendiri”
Lama juga ternyata saya absen menulis. Akhir bulan Agustus ini adalah target terakhir, agar saya bisa memosting tulisan di grup Rumah Virus Literasi(RVL).
Bulan ini, hampir di semua tempat telah memeriahkan dengan aneka kegiatan lomba. Ada banyak ragam lomba yang bisa diikuti.
Salah satu lomba yang meramaikan kemeriahan kelas 3 di sekolah SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo adalah lomba tangkap bola.
Lomba tangkap bola ini cukup mudah. Tim peserta hanya bertugas mengumpulkan bola sebanyak-banyaknya dari lemparan yang dilakukan oleh timnya. Lomba ini memerlukan sedikit bahan yang tergolong murah yaitu bola kecil plastik dan sarung untuk tiap tim.
Permainan ini dilakukan secara beregu. Sekali bertanding dilakukan minimal dua regu. Tiap regu terdiri dari siswa di satu kelas dengan dibagi dua tim. Satu tim sebagai penangkap bola menggunakan sarung yang dipegang empat anak di tiap pojok sarung. Sementara satu tim lain menjadi pelempar bola.
Cara memainkannya adalah tim pelempar bola, melontarkan bola ke timnya yang bersiap menangkap bola. Tim yang berhasil menangkap bola paling banyak menjadi pemenangnya.
Salah satu hal rahasia penting yang menjadi kunci sukses permainan tangkap bola ini adalah kekuatan, fokus, dan kerjasama. Poin-poin ini dijelaskan sebagai berikut.
Kekuatan
Kekuatan dalam melempar bola sangat dibutuhkan. Seringkali bola tidak sampai mendarat tepat di sarung yang digunakan untuk menangkap. Hal ini dikarenakan lemparan yang kurang kuat.
Fokus
Hal kedua dalam melempar bola adalah fokus. Fokus di sini adalah aktivitas untuk memusatkan perhatian, pandangan pada sasaran yang dituju. Ketika tidak fokus, seringkali akhirnya lemparan justru melenceng dari target yang dituju.
Kerjasama
Hal terpenting lagi dari kegiatan yang dilakukan tim ini adalah kerjasama. Tim penangkap harus berupaya menangkap bola sebanyak mungkin. Selain itu menjaga agar bola yang sudah tertangkap diupayakan tidak jatuh. Begitu pun tim pelempar berupaya bergantian untuk melempar bola sebanyak mungkin dan berupaya tepat pada sasaran.
Dari hasil kekuatan, fokus, dan kerjasama tersebut, Alhamdulillah kelas 3 Abu Tahfidz berhasil meraih Juara 3.
Sedangkan lomba mewarnai dimenangkan oleh
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Dan setiap umat mempunyai arah kiblat yang dituju, maka berlomba-lombalah kamu (menggunakan) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Al-Baqarah :148)
Rasulullah SAW bersabda, “Berlomba-lombalah kamu akan amal perbuatan yang baik.” (HR. Ahmad).
Saya pun menjadi teringat dengan salah satu cerita yang saya baca di sinergifoundation.org. Mungkin Anda pun pernah dan sering membaca kisah ini.
Sebuah kisah pertandingan antara dua sahabat dalam berlomba untuk kehidupan akhirat mereka. Perlu kita ketahui, bahwa para sahabat Nabi Muhammad saw, selalu “berlomba-lomba” untuk berbuat kebaikan dan mengumpulkan bekal terbaik untuk akhirat.
Inilah yang terjadi pada sahabat Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra. Saat itu Rasulullah saw menyeru kepada para sahabatnya untuk memberikan sedekah sesuai dengan kemampuannya masing-masing karena medan perang yang cukup jauh dan berat.
Umar bin Khattab ra pada saat itu memiliki harta kekayaan untuk disedekahkan. Dalam hatinya, ia merenung, “setiap saat Abu Bakar selalu membelanjakan hartanya lebih banyak dari apa yang telah saya belanjakan di jalan Allah.”
Umar berharap dengan karunia Allah, semoga dapat membelanjakan harta di jalan Allah lebih dari Abu Bakar kali ini, saat itu Umar ra mempunyai dua harta kekayaan untuk dibelanjakan di jalan Allah SWT.
Kemudian ia pulang ke rumahnya untuk membawa harta yang akan disedekahkannya, dengan perasaan gembira sambil membayangkan bahwa pada hari ini ia akan bersedekah melebihi Abu Bakar ra. Oleh karena itu, segala yang ada di rumahnya ia ambil setengahnya untuk disedekahkan.
Lantas Umar ra membawa harta itu kepada Rasulullah saw. Pada saat itu Rasulullah saw bersabda kepada Umar ra, “Apa ada yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?” Umar ra pun menjawab, “Ya, ada yang saya tinggalkan, wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya, “Seberapa banyak yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Ia menjawab, “Saya telah tinggalkan setengahnya.”
Tidak berapa lama kemudian Abu Bakar datang dengan membawa seluruh harta bendanya kepada Rasulullah saw. Umar bin Khattab ra berkata, “Saya mengetahui bahwa beliau telah membawa seluruh harta benda miliknya. Begitulah pembicaraan yang saya dengar dari pembicaraan antara beliau dengan Rasulullah saw.”
Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada Abu Bakar, “Apakah yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Saya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka (saya tinggalkan dengan keberkahan nama Allah SWT dan Rasul-Nya serta keridhaan-Nya).”
Mendengar hal itu Umar bin Khattab ra berkata, “Sejak saat itu saya mengetahui bahwa sekali-kali saya tidak dapat melebihi Abu Bakar.”
Nah, sahabat yang hebat. Yuk, kita bersama-sama membuat kompetisi dalam kebaikan. Mengajak diri, keluarga atau sahabat terdekat. Sesungguhnya lomba yang terberat hari ini adalah lomba mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan egoisme diri, kesombongan, ujub, malas, dan semua kelemahan diri sendiri.
Semoga kita bisa berkompetisi dengan amal terbaik semaksimal kita. Agar kita mampu meraih kedudukan terbaik di akhirat. Jika perlu kita bekerjasama sebagaimana lomba di atas untuk bisa masuk surga bersama.
Bersama keluarga, sahabat, tetangga, guru-guru yang membimbing kita selama ini. Sebagaimana salah satu judul buku novel Asma Nadia yang berjudul “Sehidup Sesurga”. Semoga[]
0 Comments